Omake yang saya dapet idenya secara mendadak. Tentang masa lalu Aria dan orang tuanya dilihat dari POV Arren.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pagi-pagi (?) di Chronne Mansion...
"Master!! Cepat bangun!!" seru Lucielle sambil menggedor-gedor pintu kamar
"Uuh..... ada apa, sih?! Pagi-pagi kok udah berisik?!?!" seru Aria yang baru bangun
"Ar.... coba lihat..." kataku sambil menunjuk jam
"AH!! GAWAT!! UDAH TELAT!!" seru Aria sambil langsung loncat dari tempat tidur
"Aduuh... nggak bakal sempet, nih..." kataku
"Sempet!! Masih sempet!! Kata Aria yang buru-buru mengganti pakaiannya
"Tapi...." ucapanku terpotong saat aku melihat lengan Aria yang diperban
"AR!! ITU KENAPA?!?!" seruku khawatir, sambil loncat dari kasur dan langsung lari ke Aria
"Ng? ini?" kata Aria sambil menunjuk balutan perban di lengannya. "Hari ini 'mereka' mau dateng, jadi kemaren aku latihan" kata Aria datar, dengan wajah yang tersenyum. Tapi, matanya memancarkan sebuah kesedihan
Aku mengerti...Aku sangat mengerti kenapa tatapan mata Aria seperti ituItu semua..... gara-gara mereka!!----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Aria!! Cepat kesini!" seru ayah Aria
"Ya, ayah!" balas Aria, yang saat itu masih berumur 3 tahun
"Aria, mulai sekarang, ayah akan mengajarimu bertarung. Bersiaplah" kata ayah Aria
"Kenapa?" jawab Aria polos
"Karena kau adalah calon penerus Keluarga Chronne" jawab ayahnya
"Eh? Tapi--" Aria mau membalas, tapi ucapannya terpotong
"TIDAK ADA 'tapi'!! SEKARANG, IKUT AYAH!!" seru ayah aria pada anaknya sendiri
Anak semata wayangnya, Aria.
Aria ketakutan.
Tapi, bukan karena kenyataan tentang pemimpin keluarga Chronne ataupun kenyataan bahwa dia harus melukai orang lain
Yang dia takutkan adalah ayahnya
Ayah Aria adalah seorang pemimpin keluarga Chronne yang merupakan perusahaan terdepan dalam bidang industri senjata. Konsumen mereka terdiri dari beragam orang, mulai dari polisi, tentara, hingga penjahat. Sejak dulu, keluarga Chronne tidak memilih-milih konsumen. Penjahat sekalipun akan mereka layani. Hanya saja....
Ruang latihan, Chronne Mansion
"AAKH!!" seru Aria kesakitan
"Cuma segini saja sudah tumbang?!?! BERDIRI!!" seru sang ayah pada anaknya
"Iya....ukh--!!" Aria mencoba berdiri, tapi luka-luka di tubuhnya terlalu menyakitkan untuknya pada saat itu. Karenanya, Aria tidak bisa kembali berdiri untuk melanjutkan latihan
"KUBILANG BERDIRI!!" seru ayah Aria sambil mengangkat Aria dengan menarik kerah bajunya
"Ukh--!!" Aria memegangi lukanya yang berdarah. Air mata pun menggenang di pelupuk matanya
"JANGAN MENANGIS!!" seru ayah Aria lagi
"Seorang pemimpin tidak boleh menangis hanya karena luka kecil seperti ini!!" serua ayah Aria lagi
'Luka kecil', ya...
Lengan Aria memiliki banyak sayatan kecil dan beberapa sayatan yang cukup dalam. Perut dan dadanya pun terluka. Di wajahnya terdapat bekas pukulan dan sebuah sayatan dangkal. Di kakinya, kaki kanan Aria mendapat luka terparah. Dan diseluruh kakinya terdapat luka sayatan dan darah. Kalau dilihat sekilas oleh orang yang tidak tahu apa-apa, pasti lebih terihat sebagai penyiksaan terhadap anak kecil yang akan dibunuh daripada latihan untuk menjadi pemimpin
Ralat. Bukan 'terlihat', tapi ini memang penyiksaan
Aria mencoba menahan air matanya. Tapi, yang terjadi malah sebaliknya, Makin keras dia berusaha untuk tidak menangis, makin deras pula air matanya
"Cih!! Latihan selesai!!" seru ayah aria sambil menjatuhkan Aria ke atas tanah
Waktu itu, para maid segera menolong Aria. Mereka membawanya ke kamarnya dan mengobatinya. Dengan luka separah itu, anak umur 3 tahun biasa pasti sudah mati. Tapi, kita sedang membicarakan Aria. Aria masih selamat, tapi dia pingsan. Bahkan bisa dibilang sekarat
Sedangkan sang ayah, dia sibuk bernegosiasi dengan pelanggannya sementara anaknya.....
Sudahlah, aku tidak mau mengingat hal itu...
Yang pasti, tisak lama setelah Aria sadar ayahnya datang ke kamarnya
"Ah, a....yah....." kata Aria lemah, masih terbaring di tempat tidurnya
Apa ayahnya datang untuk menjenguknya? Atau mengusap kepala Aria sambil berkata 'Kau sudah berusaha keras! Kau memang pantas menjadi anakku'?
Tidak
'PLAK!'
"Dasar lemah!! Kau pikir kamu bisa menjadi pemimpin dengan kemampuan seperti itu?!?!" seru ayah Aria setelah menampar Aria
Aria memegang wajahnya yang memerah karena tamparan ayahnya
"Maaf......" jawabnya lirih
"Dasar bodoh!! Kau pikir yang membeli senjata cuma anak-anak lemah?! Kalau lemah begini, kau pasti dibunuh dengan mudah sama pelanggan yang menyerangmu!!" seru ayah aria lagi
Sebenarnya, di keluarga Chronne, para pemimpin adalah orangyang setiap hari bertaruh nyawa. Sebagai penghasil senjata terbaik, ada juga orang yang ingin merampas senjata milik mereka, ada juga saingan yang ingin membunuh mereka, apalagi para penjahat. Berusaha membunuh pemimpin Chronne adalah salah satu misi mereka untuk suplai senjata. Karenanya, para pemimpin dituntut untuk menjadi kuat
Tapi, bukan begini caranya, kan? Dasar bodoh
Apa matanya tidak cukup baik untuk melihat kenyataan bahwa anaknya baru berumur 3 tahun?
Makhluk bodoh seperti dia hanya memberi pengaruh negatif pada fisik dan mental Aria.
Dia berkali-kali hampir membunuh Aria dan sama sekali tidak merasa bersalah akan hal itu dengan dalih 'ini demi masa depannya'
Maksudmu pasti masa depan Chronne dan uang-uang busukmu itu, kan? Kalau kau peduli pada Aria, kau pasti tidak akan melakukan hal seperti ini
Tapi, untuk sebuah alasan yang tidak diketahui siapapun --bahkan Aria sendiri--, Aria tidak bisa melawan orang tuanya. Entah hati, otak, atau fisiknya yang menolak, yang pasti dia tidak bisa melawan orang tuanya
Mungkin karena rasa terima kasihnya yang terlampau besar
Atau rasa takutnya....
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"...Ren...."
"ARREN!!"
"!" seruan Aria membuatku kembali ke kenyataan
"Cepetan!! Ini mansion belom disiapin sama sekali!!" seru Aria lagi, sambil memakai sepatunya
Para pelayan pasti sibuk menghias dan membersihkan rumah sampai Aria harus melayani dirinya sendiri
Aku pun segera mengganti pakaianku dengan pakaian yang sudah disiapkan Lucielle (sepertinya) tadi malam.
"Uukh.... ribet banget, sih...." gumam Aria
Gumaman Aria membuatku menoleh kepadanya dan melihat Aria dalam balutan sebuah gaun sutra biru yang indah. Terdapat renda-renda putih beserta pita-pita biru muda diatasnya. Sebuah gaun yang sangat cantik, yang didesain seindah mungkin.
Lalu, wajah Aria tidak diberi make up (tanpa make up pun sudah cukup). Di rambutnya terpasang topi kecil yang sennada dengan gaunnya sebagai aksesoris. Aria sangat cocok mengenakannya. Dia terlihat cantik, tapi juga manis pada saat yang sama. Gaun itu bagaikan ditakdirkan untuk dibuat demi Aria seorang. Dan memang kenyataannya seperti itu. Aku ingat gaun itu.
Sebuah gaun yang diberikan pada Aria oleh ibunya....
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Aria~ coba lihat apa yang ibu punya untukmu~" kata ibu Aria sambil tersenyum
"Apa? Apa?" tanya Aria tidak sabar
"Taraaa!!" seru ibunya sambil menunjukkan sebuah gaun sutra biru.
"Uwaa.... indahnya.... tapi, apa tidak terlalu besar?" tanya Aria
"Tidak apa-apa~ Itu memang ibu buat khusus untuk Aria pakai kalau sudah besar nanti" kata ibunya dengan wajah peuh senyuman
"Terima kasih.... ibu...." kata Aria pelan
"Sama-sama" balas ibunya
"Ah, itu ada Mrs. Sheverise. Ibu pergi dulu, ya~" kata ibu aria sambil berlalu meninggalkan anaknya
Bagaimana? Dia adalah ibu yang baik dan penuh senyum, bukan?
Jawabannya, bukan
Wajah tersenyum itu hanya topengnya untuk bertahan dalam pergaulan para bangsawan.
Saat bergaul pun, dia tetap membantu suaminya
Dia berusaha "menjual" Aria pada para bangsawan lain yang memiliki harta berlimpah
Yang dia pikirkan hanya uang untuk berfoya-foya. Dia terus memaksa Aria untuk menjadi seorang first class lady agar para bangsawan kaya mau menikahkan anak mereka dengan Aria sehingga dia bisa memeras uang para bangsawan kata tersebut.
Apa kalian bisa menyebutnya ibu?
Secara biologis, mungkin
Tapi, tidak dengan hati
Dia hanya berusaha memanfaatkan Aria habis-habisan agar dia bisa hidup mapan sampai mati
Dia juga sering memaksa Aria ikut pesta untuk membuat para "calon pembeli" tertarik
Dengan satu kesalahan, "Pelanggan" bisa hilang. Karena itulah dia tidak membiarkan Aria melakukan kesalahan sedikitpun. Jika Aria melakukan kesalahan, dia pasti akan memaki-maki Aria, menghardik Aria, menampar Aria, bahkan hampir membunuh Aria sebagai ancaman untuk tidak kembali melakukan kesalahan.
Tapi, lain halnya dengan dirinya di mata pelanggan. Dia terus memasang wajah baik dan terus "menawarkan" Aria. Bahkan, pada suatu hari, seorang "calon pembeli" ingin anaknya mengakrabkan diri dengan Aria. Aria memasang topeng ladynya dengan sempurna. Aktingnya berhasil menipu anak tersebut.
Hanya saja, anak bangsawan memang seenaknya dan egois
Anak itu sepertinya jatuh cinta pada Aria, walaupun lebih tepat menyebutnya jatuh ke dalam gas room milik ibu Aria. Anak itu kemudian berusaha "mengeratkan hubungan" dengan Aria dengan cara membuat Aria "menjadi miliknya untuk selamanya" dengan cara mencoba mencium Aria
Saat anak itu berada 5 cm di depan wajah Aria, Aria langsung menghajarnya hingga sekarat. Kalau saja ibu aria tidak mendengar jeritan anak itu saat disiksa Aria, pasti anak itu sudah berada di alam baka. Aria menceritakan semuanya, tapi ibunya menyalahkan Aria dan langsung membawanya keluar dari ruangan tersebut. Di ruangan lain, dia habis-habisan menyalahkan Aria.
Dia memukul Aria
Dia mencerca Aria
Aria tidak menangis. Dia sudah terbiasa
Aria tetap menerima pukulan dan hinaan ibunya
Malah, mungkin dia merasa bersalah pada ibunya
Ibunya pun segera mengurus perkara itu sehingga tidak mencuat ke publik
Dan dia terus menyalahkan Aria sepanjang hari
Aku bisa melihat wajah Aria saat itu di cermin.
Wajahnya sedih, kecewa, dan mungkin ada sedikit kekesalan bercampur
Tapi, dia tidak menangis. Air mata menggenang pun tidak
Dia mungkin sudah terbiasa dengan perlakuan ibunya
Ibu? Sepertinya dia tidak pantas disebut begitu
Dia hanya seekor monster pengejar uang yang akan melakukan apapun demi uang
Bahkan Aria.....
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
'BUAKH!'
"WADOOOOW!!" jeritku kesakitan
"Jangan bengong!! sebentar lagi mereka dateng!!" seru Aria (yang barusan memukulku agar aku berhenti melamun)
"Eh?! Cepet amat?! Kalau begitu, aku pergi dulu, ya!" kataku sambil berlalu pergi
Mereka tidak boleh mengetahui hubunganku dengan Aria...
Monster-monster itu tidak boleh tahu...
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Aku pun segera kembali ke mansion lewat jendela kamar.
"Arren...." kata Aria begitu melihatku, pandangannya lemah dan sedih
"Aria... ada apa....?" tanyaku sambil mendekati Aria
"Bukan apa-apa...." kata Aria, berusaha menghindar dari pertanyaanku
Aku naik ke tempat tidur dan duduk di samping Aria. Sekilas, aku melihat sesuatu
"Aria, apa itu yang di dekat lehermu?" tanyaku
"!!" Aria mengeluarkan ekspresi kaget bercampur ketakutan
Aku pun memutuskan untuk mengeceknya sendiri. Aku menyingkap bajunya hingga bisa melihatnya dengan cukup jelas. Tapi, Aria langsung menepis tanganku
"Aria....itu...... bekas gigitan.....?" tanyaku tidak percaya
Aria diam sejenak lalu berkata, "jangan dibicarakan...." dan langsung membaringkan tubuhnya di kasur dengan selimut yang menutupi wajah.
"Selamat tidur" ucapku pada Aria sambil membaringkan tubuhku di atas tempat tidur
MONSTER-MONSTER ITU--!! BERANINYA MEREKA MELAKUKAN HAL SEPERTI INI!!
Aku hanya bisa mengutuk mereka dalam hati. Hanya itu yang bisa kulakukan.
"Arren...." kata Aria memecah keheningan
"Jangan coba bunuh orang yang membuat bekas ini, dia udah kuurus...." kata Aria lagi
Aku tidak melihat wajahnya, tapi aku tahu dia pasti sedih
Dan mendapat luka baru di sekujur tubuhnya
Aku membalikkan badanku, lalu memeluknya
"Arren..." kata Aria agak kaget
"Aku tahu kau sedih. Aku tahu kau dipaksa mereka untuk membiarkan dirimu diperkosa anak bangsawan lain. Dan aku juga tahu kau pasti mendapat luka baru dari orang tuamu. Karena itu...." aku menghentikan kalimatku sejenak
".....Menangislah. Itu akan membuatmu lebih baik" kataku sambil mempererat dekapanku
Aria agak kaget, tapi dia segera menjawab, "....Tidak...."
"Ayah melarangku menangis. Karena itu, aku tidak akan melakukannya" jawabnya
"Tapi--!! Grh!! Kamu masih menganggap yang seperti itu 'ayah'?" seruku marah
Aku sudah tidak tahan lagi!!
Aku sudah dari duku ingin mengatakan....
"Kenapa sih kamu nurut banget sama mereka?! Mereka itu monster!! Kamu udah terlalu menderita, karena itu..." aku menghentikan kalimatku sejenak
"Kakak nggak akan membiakanmu menderita lagi!!" seruku sambil mengepal tanganku kuat-kuat
Aria tersenyum, sebuah faint smile
"Terima kasih..... Arren....." ucapnya
"Tapi, kalau kamu nggak mau aku menderita, tolong.....jangan lakukan apapun pada mereka" pintanya lirih
Wajahnya membuat hatiku teriris
Aku tahu Aria sangat menderita
Dia sama sekali tidak diperlakukan sebagai manusia oleh kedua orang tuanya
Tapi...
Tapi, aku tidak bisa melakukan apapun!!
Aku ingin melindungi Aria, tapi muncul di depan orang tua Aria hanya akan menambah masalah baru
Bagaimana.....
Apa yang harus kulakukan.....?!
"Arren...." untuk ketiga kalinya pada hari ini, Aria membuyarkan lamunanku
Aria bangkit lalu duduk di atas tempat tidur. Aku pun ikut duduk
"Kamu bisa merasakan rasa sakitku, kan?" tanyanya
"Tentu saja!! Ikatan persaudaraan kita sangat kuat!" kataku untuk meyakinkannya
Aria mengeluarkan faint smilenya lagi lalu berkata,"Kalau begitu....."
"Bersenang-senanglah. Mungkin tali hubungan kita akan mentransfer perasaan senangmu padaku"
"......Tidak...." jawabku
"Kenapa?"
"Karena aku ingin kamu langsung merasakan kebahagiaan yang kurasakan" jawabku
Aria tersenyum, lalu berkata pelan "Terima kasih.... perasaanmu saja sudah cukup membuatku senang"
Aku kembali memeluk Aria, lalu mengelus kepalanya
"Aku mungkin tidak bisa menyembuhkan perasaanmu yang terluka, tapi aku bisa menutupinya" kataku
"Akan kuberikan kebahagiaan yang banyak padamu hingga rasa pedih itu tidak terasa lagi"
Aria membalas dekapanku
Aku memerhatikannya, dan tiba-tiba, ada sesuatu yang bersinar disinari cahaya bulan jatuh melalui pipinya
Itu air mata
Aria pasti sudah lama tidak merasakan kehangatan seperti ini
Kehangatan yang bisa mencairkan air matanya
Kehangatan yang tak pernah diberikan kedua orang tuanya
Itulah...
Kehangatan dari 'kasih sayang' yang besar dari 'keluarga'