Aria Chronne
Jumlah posting : 3384 Join date : 22.03.10 Age : 27 Lokasi : di dunia ini~
Chara profile Name: Aria/Arren Chronne Status: Chronne Family Member Race: Human (tapi Arren masih nggak jelas)
| Subyek: Watashi no Shiranai Kimochi ~Unknown Cause of...~ Sat Jun 05, 2010 9:15 am | |
| First topic message reminder :
Ini omake [Aria no kienai kizu ~endless cause, unless...~] yang dilihat dari POV Aria. Sekalian untuk menyingkap hal-hal yang tidak diihat Arren. Enjoy~~ --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pagi-pagi (?) di Chronne Mansion...
"Master!! Cepat bangun!!" seru Lucielle sambil menggedor-gedor pintu kamar
"Uuh..... ada apa, sih?! Pagi-pagi kok udah berisik?!?!" seruku yang baru bangun
"Ar.... coba lihat..." kata Arren sambil menunjuk jam
"AH!! GAWAT!! UDAH TELAT!!" seruku panik sambil langsung loncat dari tempat tidur
"Aduuh... nggak bakal sempet, nih..." kata Arren
"Sempet!! Masih sempet!! Kataku lagi, yang sedang buru-buru mengganti pakaian
"Tapi...." ucapan Arren tiba-tiba terpotong, lalu dia seperti memerhatikanku
"AR!! ITU KENAPA?!?!" serunya lagi dengan khawatir, sambil loncat dari kasur ke arahku
"Ng? ini?" kataku sambil menunjuk balutan perban di lenganku. "Hari ini 'mereka' mau dateng, jadi kemaren aku latihan" kataku datar, dengan senyum di wajahku. Tapi, rasanya ada sesuatu yang mengganjal di hatiku saat aku mengatakannya.
Aku memerhatikan Arren.
Ekspresinya berubah menjadi geram
Aku mengerti...
Karena aku menyebut-nyebut "mereka", ya?
Kelihatannya Arren membenci "mereka"
.....Bukan....
Dia memang membenci "mereka"
Aneh.... padahal seharusnya kita punya perasaan yang sama, kan?
Kenapa.... dia bisa membenci mereka?
Padahal aku... ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
'Bruk!'
"Ukh--!!"
"ARIA!! BERDIRI!! JANGAN JATUH HANYA KARENA SERANGAN KECIL SEPERTI INI!!"
"Ba--Baik!!"
Aku kembali berdiri untuk menghadapi ayahku dalam latihan. Aku bisa merasakan luka yang menyakitkan di sekujur tubuhku. Tapi, aku harus melanjutkannya.
Aku harus melakukannya!!
Karena....
'Bruk!!'
"AKH---!!"
"Ojou-sama!!"
Para maid mendekatiku yang terluka parah. Sedangkan ayah menatapku marah
Wajar, aku sudah mengecewakannya
Tumbang hanya karena serangan seperti ini....
Ayah sudah berharap banyak, dan aku mengecewakannya. Wajar saja dia marah
Ayah mendekatiku, lalu...
'BUAKH!!'
Ayah memukulku
"DASAR ANAK LEMAH!! ANAK SEPERTIMU TIDAK PANTAS MENJADI PENERUS CHRONNE!!" seru ayah lagi, sambil menginjak-injak tubuhku yang terluka
Para maid sepertinya ada yang keberatan
Tapi, tidak ada satupun yang menghentikan ayah. Semua ketakutan
Sedangkan aku, aku hanya diam
Aku sudah terbiasa dengan sikap ayah
Dulu, memang aku pernah berpikir untuk melawan
Tapi, pada akhirnya aku tidak melakukan apapun
Hanya diam mematung
Entah apa yang terjadi, tubuhku menolak untuk digerakkan
Dan rasanya ada sesuatu yang mengganjal perasaanku
Apapun itu, aku tidak tahu
Yang kutahu, hal tersebut membuatku tidak dapat melawan ayah --------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Ah, tanpa kusadari, aku telah membuang banyak waktu!!!
Aku segera mencari gaun untuk kupakai
'tek'
Saat itulah, tanganku berhenti
Tanganku gemetar ketika aku memegang sesuatu yang lembut dari dalam lemariku
"Ini.... gaun sutra dari....ibu....?" kataku pelan, dan gemetar
Berhenti gemetar....
Berhenti gemetar....
KUBILANG BERHENTI, GODDAMNIT!!
Tanganku berhenti bergetar, dan aku segera mengenakan gaun tersebut
Demi ibu......
Ini semua demi ibu......
Setelah selesai memakai gaun, aku segera mengenakan sebuah topi kecil yang senda dengan gaunku lalu mengambil sepatuku
Saat aku baru akan memakainya, aku melihat Arren yang masih mematung disana
Masih dengan ekspressi geramnya
"Arren...." panggilku
"......." Arren nggak jawab
"Arren!" aku agak mengencangkan suaraku
"................." masih juga belum jawab
Kesabaranku habis
"ARREN!!"
Arren berhenti melamun dan langsung menoleh kearahku, aku melanjutkan acara memakai sepatuku
"Cepetan!! Ini mansion belom disiapin sama sekali!!" seruku padanya
Arren (yang kayaknya udah ngerti) langsung ngambil baju yang udah disiapin Lucielle tadi malem (kayaknya)
"Uukh.... ribet banget, sih...." gumamku mengomentari gaunku yang menghalang kebebasanku dalam memakai sepatu
Gangguan dari gaunku berhasil membuatku terfokus pada gaunku
Dan membuatku teringat pada saat aku mendapatkan gaun ini --------------------------------------------------------------------------------------------------------------- "Aria~ coba lihat apa yang ibu punya untukmu~" kata ibu sambil tersenyum
"Apa? Apa?" tanyaku tidak sabar
"Taraaa!!" seru ibu sambil menunjukkan sebuah gaun sutra biru.
"Uwaa.... indahnya.... tapi, apa tidak terlalu besar?" tanyaku
"Tidak apa-apa~ Itu memang ibu buat khusus untuk Aria pakai kalau sudah besar nanti" kata ibu dengan wajah penuh senyuman
"Terima kasih.... ibu...." kataku pelan
"Sama-sama" balas ibu
"Ah, itu ada Mrs. Sheverise. Ibu pergi dulu, ya~" kata ibu sambil berlalu meninggalkanku
Ibu berkata begitu dengan penuh senyuman
Dengan begitu baik...
Aku selalu berharap topeng yang selalu dia kenakan di hadapan para bangsawan adalah wajahnya yang asli
Selalu....
Aku tahu itu tidak mungkin
Dia selalu membantu ayah
Dan aku juga harus mau membantunya
Demi mereka berdua....
Aku akan menahan rasa sakitku
Aku akan menahan air mataku
Asal mereka bahagia....
Asal mereka bahagia....
CUKUP!! BERHENTI MEMBOHONGI DIRIMU SENDIRI, ARIA!!
Aku tahu bukan itu alasannya!!
Aku--!!
Aku.... tidak dapat melawannya!!
Jiwa dan ragaku selalu menolak untuk menyelamatkan diriku dari mereka!!
Sekalipun otakku menyerukan "aku akan mati kalau menerima lebih dari ini!!"
Jiwa dan ragaku tidak memedulikannya
Terus mengacuhkannya
Sedangkan aku terombang-ambing diantara keduanya
Tanpa petunjuk maupun jawaban
Hanya..... berada disana dan menerima segalanya.....
Bahkan, sekalipun ibu memukulku, menamparku, memakiku, dan tidak memperlakukanku sebagai manusia
Aku tidak bisa melakukan apapun
Hanya menerima segalanya
Aku juga tidak menangisi keadaanku
Untuk apa aku melakukan hal tidak berguna seperti itu?
Menangis hanya memperburuk masalah
Sudah lama....
Sudah lama sekali aku menyegel air mataku....
Dan segel itu tidak pernah terbuka sampai sekarang.... --------------------------------------------------------------------------------------------------------------- "Hah?!" seruku kaget
"Kenapa aku bengong?! Aku harus cepet!!" kataku lagi, sambil memasang sepatuku
Setelah sepatuku sudah membalut kakiku dangan sempurna, aku berseru pada Arren, "Arren!! Cepetan pergi!! Sebentar lagi "mereka" sampe, loh!!"
Ternyata, Arren juga tenggelam dalam pikirannya
Aku mendekatinya, lalu memukul kepalanya
'BUAKH!'
"WADOOOOW!!" jerit Arren kesakitan
"Jangan bengong!! sebentar lagi mereka dateng!!" seruku
"Eh?! Cepet amat?! Kalau begitu, aku pergi dulu, ya!" kata Arren sambil berlalu pergi
Sekarang Arren sudah pergi....
Aku harus berusaha sendiri!
Aku tidak boleh bergantung padanya!
Aku terus mengulangi kata-kata itu dalam benakku
Berharap, kata-kata itu bisa membuatku lebih baik
Aku pun turun untuk mempersiapkan rumah dan segala yang dibutuhkan untuk menyambut mereka ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 'Ting tong'
'Degh!!'
Bel rumah sudah berbunyi.... dan kelihatannya para pelayan sudah membukakan "mereka" pintu....
Aku melihat jam, jam 19.00
Tidak boleh begini!! Aku harus cepat turun!!
Apapun yang terjadi....
Akh!! Jangan terlalu banyak berpikir!! Cepat sambut mereka, bodoh!!
Aku pun berlari menuju tangga
Ketika aku sudah berada di dekat tangga, aku mendengar suara yang tak kukenal
Rasa penasaran yang cukup kuat untuk membunuh, jelas membuatku makin mendekati tangga untuk melihat sumber suara tadi
Aku melangkah makin dekat menuju tangga...
"Aria?"
Kata-kata ibuku agak mengagetkanku
"Aria sedang apa di atas sana? Ayo turun kemari!" panggil ibuku dengan lembut
Tanpa kuberi tahu pun, kurasa kalian sudah tahu
Suara yang tak kukenal itu pasti rekan kerja ayah, sehingga ibuku memasang topengnya
Dan ada seorang lagi yang tak kukenal
Seorang anak yang.... mungkin umurnya tidak terlalu jauh denganku
Dia tersenyum kecil padaku
Jelas dia anak rekan kerja ayahku
Seperti ibuku, aku pun harus memasang topengku disini
Aku turun perlahan menuruni tangga, tersenyum, lalu berkata, "Ayah, ibu, selamat datang kembali"
Aku menoleh ke arah rekan kerja ayahku, lalu aku, sambil membungkukkan badan dan tersenyum, berkata, "Anda pasti rekan kerja ayah saya. Salam kenal, saya Aria"
"Oh! Seperti kata desas-desus yang beredar, kau cantik sekali!! Saya sudah banyak mendengar tentangmu dari ayah dan ibumu!" jawab bangsawan itu
"Suatu kehormatan bagi saya jika anda menganggap saya seperti itu" kataku sopan sambil membungkuk
"Perkenalkan, ini anakku, Greyritte" katanya sambil menunjuk anak laki-laki di sampingnya
"Salam kenal, Aria-san" sapanya sopan
"Salam kenal juga, Tuan Greyritte" balasku sambil membungkuk
"Tolong panggil saja aku Grey, Aria-san" katanya sambil mendekat selangkah
"Ah, baiklah, Tuan Grey" balasku lagi
Apa maksudnya ini? apa dia mau sok akrab?
"Nah, Aria, bagaimana menurutmu? Dia tampan, kan?" tanya ibuku
Aku memerhatikan wajahnya sebentar
..........
Kayaknya masih gantengan Arren, deh....
"...Ya, Tuan Grey sangat tampan malam ini" kataku
Inilah yang harus kukatakan....
Selama aku masih memakai topeng lady ini, aku tidak boleh mengacau
"Nah, Aria, ayah dan ibu ada sedikit urusan dengan Lord Larein. Kamu mengakrabkan diri saja dulu dengan Grey, ya?" kata ibu lembut
"Baik" kataku
Aku menoleh ke arah Grey, lalu berkata, "Tuan Grey, mari ikuti saya"
Aku pun mengantarnya ke kamarnya
Dia mengikutiku --------------------------------------------------------------------------------------------------------------- "Tuan Grey, ini kamar anda. Anggap saja seperti rumah sendiri" kataku sopan sambil tersenyum
"Ah, baiklah. Akan kuusahakan untuk tidak mengotorinya" balasnya
"Lalu, kalau ada yang anda butuhkan, katakan saja. Tidak perlu sungkan" kataku lagi
"........" Grey terdiam sebentar
"Tuan Grey?" tanyaku pura-pura cemas sambil mendekatinya. "Ada apa?"
"Boleh....aku minta tolong sesuatu?" tanyanya dengan agak ragu
"Silakan katakan. Saya akan segera menginformasikan para pelayan untuk melayani kebutuhan anda" kataku sopan
".....Tidak perlu...." katanya
"Eh?"
Tanpa pemberitahuan, dia menarik lenganku, lalu memelukku dengan tiba-tiba
Kalau bukan karena ayah dan ibu, aku pasti sudah menghajarnya sebelum dia memelukku
Kalau bukan karena "mereka".....
.....sudahlah, aku harus melanjutkan skenarionya
"Tu--tuan Grey--!!" kataku
".....Aria...." balasnya
"A--apa maksud anda?" tanyaku, tentu saja tanpa meronta
"Bukankah kau tadi mengatakan kalau aku boleh meminta bantuan?" tanyanya balik
"Eh? Ya, saya memang bilang begitu, tapi...." aku menghentikan kalimatku
Aku sudah tahu apa yang kau inginkan
Lebih baik, cepat lakukan itu
Agar semuanya lebih cepat selesai...
Tanpa kesalahan
Dia menarikku ke dalam kamar, lalu berkata, "....sepertinya, inilah yang disebut cinta pada pandangan pertama..."
Kata-kata yang sangat mudah diprediksi
Kata-kata yang membuatku ingin muntah
Tapi, aku harus tetap bertahan
Demi "mereka"....
"...Tuan Grey...."
Grey mendorongku hingga aku jatuh di atas kasur
Sepertinya, aku sudah bisa menebak apa yang akan terjadi
Dia mendekatkan wajahnya
Lalu.....
Dia menjilat leherku
"--!!"
Aku kaget
Biasanya, semua dimulai dengan ciuman
Tapi, kali ini....
"Tu--Tuan.....Grey..." kataku, sambil berpura-pura meronta dengan lemah
Aku bisa merasakan lidahnya di leherku, begitu pula napasnya
Aku harus bertahan!!
Harus bertahan!!
Demi "mereka"....
Tiba-tiba, dia melanjutkannya dengan menggigit leherku
"Ukh--!!"
Refleks, aku menendangnya
'Bukh!!'
"UGH--!!"
Dia terlontar ke belakang
Dasar bodoh!!
Aku...aku sudah--!!
Apa yang sudah kulakukan, bodoh!!
"Tuan Grey!!" seruku sambil berlari mendekatinya yang sekarang terbaring di lantai
"Ja--jangan mendekat!!" serunya, aku menghentikan langkahku
"Me--menjauh dariku, monster!!" serunya lagi
Hanya karena tendangan seperti itu, dia menyebutku monster?
Dasar lemah...
Terlalu lemah....
Kalau dia tidak selemah ini, pasti tidak akan ada masalah seperti ini....
"Hi--HIIIIII!!" serunya sambil berdiri, lalu berusaha kabur
"Ah, tunggu--!!" seruku sambil menarik tanganya
Dia kaget dan ketakutan, tapi dia tidak bisa kabur karen tarikanku lebih kuat
"...Aku bisa susah kalau kau kabur sekarang...." kataku sambil menyiapkan tongkatku
"U-- UWAAAAAAA!!" serunya, sebelum akhirnya dia kuhabisi dengan tongkatku
Memang, yang kuberikan hanya beberapa pukulan ringan di kepalanya
Sebuah usaha yang sia-sia, aku tahu itu
Tapi, aku hanya bisa berharap ingatannya terhapus
Dan aku tahu, apapun yang terjadi...
Masa lalu tidak bisa kembali lagi
Karena itu....
Kalau pada akhirnya aku tetap akan dihukum "mereka"
Lebih baik aku sedikit memperbaiki masa sekarang sebelum masa depan memburuk --------------------------------------------------------------------------------------------------------------- "Jeritan apa barusan?! Aria?!" seru ibu, yang sekarang sedang terpaku di depan pintu
Melihat anaknya dengan senjata, dan anak kliennya di lantai
Berdarah....
"ARIA!! APA YANG KAU LAKUKAN!!" seru ibu sambil menamparku
'PLAK!'
Dia sudah melepas topengnya
Wajar, tidak ada yang akan melihat wajah aslinya selain aku disini
"APA YANG KAU LAKUKAN?! HAH?!" seru ibu sambil memukuliku
Aku hanya diam
Hanya membisu
Inilah yang terbaik....
"JAWAB IBU!!!" kata ibu sambil menginjak tanganku di lantai
".....Maaf...." balasku lemah
"KATAKAN LAGI!! YANG JELAS!!" seru ibu sambil menendangiku
"......Maaf....." balasku, makin melemah
"KATAKAN YANG JELAS!!" serunya sambil memukulku dengan tongkatku
Dia mengeluarkan pisau dari tongkatku, lalu mengarahkan pisau itu ke wajahku
"Kenapa dia bisa tergeletak di lantai?" tanya ibuku marah
".............." aku terdiam, tidak yakin harus menjawab atau tidak
Kurasa, pilihan manapun tidak memberi hasil yang baik
Yang manapun yang kupilih, pasti berujung sama
"JAWAB IBU!!" seru ibu lagi, sambil menusuk bahuku dengan tongkatku
"Ukh--!!" aku bisa merasakan dia memutar tongkat yang sudah menancap di bahuku
"Ada apa ribut-ribut?"
"!!"
Rupanya, kali ini ayah yang datang
"Aria berulah lagi" jawab ibu singkat
Ayah memandangi Grey yang masih belum sadar, lalu berjalan mendekati kami
"Aria...." kata ayah mendekatiku
Lalu menendang perutku
"Akh--!!"
"Harus berapa kali ayah bilang, JANGAN MEMBUAT MASALAH!!" serunya sambil menendangiku
"APAPUN YANG TERJADI, JANGAN SEKALI-KALI MENJADI PENGHAMBAT!!" serunya lagi
"KAU TAHU APA YANG AKAN TERJADI KALAU LORD LAREIN TAHU?! KAU HANYA MENGGANGGU AYAH!!" serunya lagi
"DASAR ANAK TIDAK BERGUNA!!" kali ini, dia memberi sebuah last blow di perutku
"Ibu, cepat urus Lord Larein" kata ayah pada ibu, ibu langsung pergi keluar kamar
Ayah mengemballikan fokusnya padaku
"Kau tahu tugasmu, kan?" katanya padaku
Aku tidak melihat wajahnya
Aku tidak bisa melihat wajahnya...
Tapi, aku mengerti dari auranya
Aku pun menganggukkan kepalaku
"KALAU BEGITU, LAKUKANLAH!!" serunya sambil menginjak tanganku
"JANGAN LAKUKAN HAL YANG TIDAK BERGUNA SEPERTI MENGACAUKAN RENCANA!!" serunya lagi
Aku tidak melawan
Ditendangi seperti apapun...
Dipukul seperti apapun...
Ditusuk seperti apapun....
Aku tidak akan melawan ataupun menangis
Tidak....
Lebih tepatnya, aku tidak bisa....
"Cih!! Kau membuang-buang waktuku!!" kata ayah sebelum akhirnya meninggalkanku sendirian di kamar
"Master...." Lucielle mendekatiku dengan terengah-engah
Sepertinya mereka menyaksikan kejadian barusan, melihat Lucielle membawa kotak obat dan terengah-engah. Lucielle juga pasti dari tadi mati-matian menahan Rhieve
Mereka pun mengobatiku, seperti biasa
Sedangkan aku, aku haya menyesali perbuatanku
Kenapa aku malah mengecewakan mereka?
Kenapa aku malah mengacaukan segalanya?
Kenapa....?
Aku mengepalkan tanganku
Lucielle memandangiku
Sepertinya dia mengkhawatirkanku
Sedangkan Rhieve, ketika melihat Grey sedikit bergerak, dia menginjaknya lalu menyeretnya keluar
Pada akhirnya, tidak ada perubahan,,,
Aku tidak bisa melakukan apapun...
Memuakkan.....
Aku benar-benar memuakkan diriku sendiri....
Sampai harus mereka kasihani seperti ini....
Aku.....
Rhieve dan Lucielle membawaku ke kamarku
Setelah mereka membaringkanku di tempat tidur, mereka segera keluar
Setelah diobati, luka-luka ini tidak lagi terasa menyakitkan
Mungkin, aku sudah terlalu terbiasa dengan luka
Tapi, rasanya, masih ada sesuatu dalam perasaanku
Yang sangat menyakitkan
Jauh lebih menyakitkan dari pada luka-luka yang telah mereka obati
"Ukh...."
Aku pun mencoba untuk duduk, dan memegangi dadaku
Sakit.....
Tidak lama, jendela kamarku terbuka
Arren pun masuk ke dalam kamar melalui jendela itu
"Arren...."
Tatapannya..... mungkin dia terkejut
"Aria... ada apa....?" tanya Arren sambil berjalan medekatiku
"Bukan apa-apa...." kataku menghindar
Tanpa kuberi tahu pun, dia pasti sudah tahu
Lagipula, aku merasa memberitahunya hanya akan membuat keadaan memburuk
Arren naik ke tempat tidur dan duduk disampingku
Tiba-tiba, dia berkata, "Aria, apa itu yang di dekat lehermu?"
"!!" aku kaget
Ternyata, gigitan lemah itu meninggalkan bekas
Arren menyingkap bajuku untuk melihatnya dengan lebih jelas
Aku pun menepis tangannya
Aku tidak ingin mengingatnya lagi
"Aria....itu...... bekas gigitan.....?" tanyanya dengan nada tidak percaya
"........" aku diam
Kumohon, Arren..... hentikan....
Aku tidak ingin membicarakannya...
Aku pun berkata, "jangan dibicarakan...."
Aku membaringkan tubuhku di kasur, dan menutupi wajahku dengan selimut, mencoba mencegah otakku mengingatnya
"Selamat tidur" kata Arren, mungkin dia sudah mengerti sehingga dia memutuskan untuk tidak bicara lebih jauh
Arren membaringkan tubuhnya di tempat tidur, ruangan ini pun menjadi hening
Aku pun memikirkan suatu kemungkinan buruk
Kalau kubiarkan.... apa Arren akan membunuh pembuat bekas gigitan ini?
Tidak.... tidak boleh....
Bisa-bisa "mereka"....
"Arren...." kataku memecah keheningan
"Jangan coba bunuh orang yang membuat bekas ini, dia udah kuurus...." kataku lagi
Aku bisa merasakan Arren bergerak di belakangku
Tapi, aku tidak menyangka dia akan memelukku....
"Arren..." kataku agak kaget
"Aku tahu kau sedih. Aku tahu kau dipaksa mereka untuk membiarkan dirimu diperkosa anak bangsawan lain. Dan aku juga tahu kau pasti mendapat luka baru dari orang tuamu. Karena itu...." Arren menghentikan kalimatnya sejenak
".....Menangislah. Itu akan membuatmu lebih baik" kata Arren lagi
Aku tidak percaya dia mengatakannya
Kita sudah bersama selama ini, jadi seharusnya dia tahu
Aku tidak boleh menangis!!
Lagipula, aku tidak yakin aku masih bisa menangis.....
"....Tidak...." jawabku, tanpa melihat wajahnya
"Ayah melarangku menangis. Karena itu, aku tidak akan melakukannya" lanjutku
"Tapi--!! Grh!! Kamu masih menganggap yang seperti itu 'ayah'?" seru Arren marah, sambil bangkit berdiri
"Kenapa sih kamu nurut banget sama mereka?! Mereka itu monster!! Kamu udah terlalu menderita, karena itu..." Arren berhenti sejenak
"Kakak nggak akan membiakanmu menderita lagi!!" serunya sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat
Aku mengerti perasaannya
Dan entah bagaimana, kata-katanya barusan membuat hatiku lebih tenang
Aku pun tersenyum, walau mungkin hanya sebuah faint smile
Hanya itu senyuman yang bisa kuberikan untuknya sekarang
"Terima kasih..... Arren....." ucapku
Perasaanmu saja sudah lebih dari cukup bagiku
"Tapi, kalau kamu nggak mau aku menderita, tolong.....jangan lakukan apapun pada mereka" pintaku lirih
Arren tampak memikirkan sesuatu setelah dia mendengar kalimatku barusan
Untuk ketiga kalinya pada hari ini, dia tenggelam dalam pikirannya
"Arren...." dan untuk ketiga kalinya pula, aku membuyarkan lamunannya
Aku bangkit dari tidurku, lalu duduk di atas tempat tidur
Arren pun ikut duduk di sampingku
"Kamu bisa merasakan rasa sakitku, kan?" tanyaku
"Tentu saja!! Ikatan persaudaraan kita sangat kuat!" kata Arren meyakinkan
Arren....
Kalau kau memang mau membantuku...
"Kalau begitu....." kataku dengan faint smile
Kumohon....
Hanya ini yang bisa kau lakukan....
"Bersenang-senanglah. Mungkin tali hubungan kita akan mentransfer perasaan senangmu padaku" kataku
"......Tidak...." jawabnya
Aku agak kaget
"Kenapa?" tanyaku
"Karena aku ingin kamu langsung merasakan kebahagiaan yang kurasakan" jawabnya lagi
Sudah kuduga....
Arren memang seperti ini
Tapi....
Aku tersenyum, lalu berkata pelan, "Terima kasih.... perasaanmu saja sudah cukup membuatku senang"
Arren kembali memelukku, lalu mengelus kepalaku
"Aku mungkin tidak bisa menyembuhkan perasaanmu yang terluka, tapi aku bisa menutupinya" katanya
"Akan kuberikan kebahagiaan yang banyak padamu hingga rasa pedih itu tidak terasa lagi"
Arren....
Perasaanmu..... memang selalu hangat....
Walau mungkin terlalu hangat untukku, tapi....
Terima....kasih....
Aku pun membalas pelukannya
Seharusnya, momen itu berjalan dengan hangat
Kalau saja, otakku tidak terlalu memikirkan perkataannya
Tadi pagi, ketika aku menyebut "mereka", Arren tampak geram
Dan kali ini....
Kenapa, aku tidak bisa berhenti berpikir kalau Arren akan membunuh mereka?!
Arren tidak boleh melakukannya!
Kalau dia melakukannya, aku...!
Aku....
Pikiranku membuatku mengeluarkan keringat dingin yang mengalir di pipiku
Aku bisa merasakannya
Sementara otakku terus mencerna kalimat-kalimatnya, Arren mempererat pelukannya
Pelukannya hangat...
Sangat hangat, tapi....
Kehangatan ini..... tidak lagi terasa nyaman
Seperti....
Seperti ini adalah awal dari skenario Arren yang akan membunuh "mereka"
Tidak...
Itu tidak mungkin...
Arren... tidak mungkin melakukan itu....
Arren....
Makin kupikirkan, skenario itu hanya makin memburuk
Aku pun mendorong Arren agar dia melepaskan pelukannya
"Aria....." ucapnya pelan
Aku tidak melihat wajahnya
Aku merasa.... kalau melihat wajahnya pikiran yang terus berkecamuk ini akan memburuk
"Selamat tidur...." ucapku padanya sebelum kembali membaringkan badanku
Tapi, sebelum aku membaringkan tubuhku, Arren menarik tanganku
Dia memerhatikan wajahku baik-baik
Ekspresinya seperti...
Aku tidak tahu....
Dia seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi sepertinya kata-kata yang ingin dia ucapkan tidak bisa keluar
Arren mendekatkan wajahnya ke wajahku, lalu mencium keningku
"......Selamat tidur juga...Aria....." katanya pelan
Aku membaringkan badanku tanpa mengatakan apapun lagi padanya, dia pun membaringkan badannya disebelahku
Wajahku...rasanya panas...
Mungkin, kehangatan Arren memang terlalu besar untukku
Kehangatan yang terus menghantui pikiranku
Tapi, entah bagaimana....
Kehangatan itu....
Terakhir diubah oleh Alteria tanggal Sun Jun 06, 2010 1:43 am, total 9 kali diubah | |
|