[PRIVATE] Vacation!!

First topic message reminder :

Setelah lama nggak ngebuka topik RP, here it is! Silakan ber-RP ria disini [s]dan berhubung ini free RP, silakan gila-gilaan!![/s]

Timeline: Tahun 2010
Place: INDONESIA :iconleleleplz:
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Setelah lama tidak mendatangi toko sihir aneh itu, Aria dan Arren menemukan bahwa si penjaga toko tengah membuat ramuan mesin waktu!! Tentunya, dua anak ini langsung menawarkan diri buat nguji coba ramuan aneh itu.

"Tapi, ajak juga yang lain. kalau banyak yang ikut, kemungkinan bertahan hidupnya juga lebih besar. Soalnya, tempat dan waktu dipilih secara acak"

... dan begitulah yang dikatakan si pemilik toko. Dan langsung saja, dua anak itu tancap gas buat nyari korba--err... maksud saya, kelinci percobaan lain /slap

Dan setelah semuanya siap, mereka pun siap pergi!

Setelah usaha yang cukup besar, menggunakan banyak gaya lalu mencapai sedikit jarak, F dikali s...

Sudah, abaikan rumus IPA itu.

Akhirnya mereka berhasil meninggalkan bus sesak itu, dan melangkahkan kaki di halte. Tak disangka, hotel ternyata dekat sekali. Minachi pun menyerukan ultimatumnya bagai seorang pemimpin.

"nggak usah...", rupanya Arren tidak setuju. "kalau dilihat dari keadaan hotelnya, kayaknya kemungkinan bakal mahal. Tambah lagi, kita nggak tahu berapa lama kita ada di sini. Menurutku, lebih baik kita pesan satu kamar dengan dua kasur saja. Kan kalau begitu lebih murah"

Dan, penjelasan Arren berhenti disana. Dia sih tidak keberatan tidur satu kasur dengan Aria, karena tiap hari juga itu yang mereka lakukan. Dan tentu saja, dia tak berminat menyentuh dan berbuat aneh-aneh pada tiga perempuan itu. Kalaupun berminat, paling yang dia inginkan hanya sedikit mengecup atau memeluk Aria.

Yang jadi masalah, apakah Minachi mau tidur bersama Lucielle?

Mereka sudah turun, dan topik kali ini adalah... Jumlah kamar. Lucielle diam mendengar percakapan mereka sampai akhirnya bicara, "Satu kamar saja. Nanti saya atur tempat tidurnya. Lagi pula kalau tempat tidurnya 2, pasti ukurannya kecil" ujar Lucielle. Tadinya ia ingin menyuruh Arren tidur di kursi, tapi tidak jadi. Pasti langsung ditolak.

OOT: saya biasanya kalau nginep gitu, kok. Satu kamar double buat berempat
-----
Daripada tidak menemukan titik temu, Aria pun mengusulkan hal yang lebih baik. "bagaimana kalau kita ke dalam dulu? Kita survey kasurnya biar ketemu jalan keluar yang bagus"

Mereka pun berjalan memasuki hotel. Ternyata, dalamnya lebih bagus dari yang mereka duga. Aria berjalan ke tempat pemesanan kamar, dan bertanya "mbak, kita mau pesan kamar. Tapi, boleh kita lihat dulu, nggak?".

Si mbak yang diajak ngomong sepertinya tidak percaya kalau anak-anak mau menginap disini. Tentu saja, akan lebih mudah dipercaya kalau Lucielle yang bertanya, tapi nasi sudah menjadi bubur. Biarlah...

"e--eh? Boleh, kok dek", jawabnya ragu.

Quote :

"nggak usah...", rupanya Arren tidak setuju. "kalau dilihat dari keadaan hotelnya, kayaknya kemungkinan bakal mahal. Tambah lagi, kita nggak tahu berapa lama kita ada di sini. Menurutku, lebih baik kita pesan satu kamar dengan dua kasur saja. Kan kalau begitu lebih murah"

Minachi terdiam setelah ia mendengar ucapan Arren yang cukup mencurigakan untuk membuatnya maneikkan alis sebelah. Mahal huh? Apa ia sudah lupa bahwa mereka semua sudah kebanjiran uang berpuluh-puluh juta?!

"Baiklah... lagipula tidak ada yang keberatan" Pikir Minachi sambil melirik Aria

Kediaman Minachi membuat topik mengarah pada besarnya kasur hotel. Malah mereka sudah sepakat untuk survey terlebih dahulu pada kamarnya. Ini membuang waktu dan tenaga di pikiran Minachi.

"Tunggu, kenapa kita tidak langsung saja tanya to the point, apakah-ada-kamar-yang-punya-dua-kasur-lebar?" Protes Minachi. "Tapi kalau gak mau buang suara, langsung aja sewa kamar kelas satu!" Lanjutnya dengan volume yang lebih keras

Lucielle terdiam. Ide Minachi memang bagus--sebenarnya ia juga tidak setuju dengan ide Arren untuk melihat kamar terlebih dahulu
"Kalau kamar yang kasurnya 2, tidak apa-apa... Tapi sebaiknya Arren-sama tidak satu kasur dengan master"
Lucielle melipat kedua lengannya, "Saya tidak tahu apa yang akan terjadi tengah malam nanti" ah, ambigu. Tapi Lucielle benar-benar khawatir ada hal aneh yang terjadi antara 2 orang itu.
Entah apa yang akan dilakukan si siscon itu nantinya.
----
OOT: saya kayaknya berempat ga cukup... Ah, ya, coba Rhieve ada di mansion Chrone beneran... =w=

OOT: LOL kalau dia ada ntar dia mesti ditaro di kamar di lantai lain atau kejadiannya bakal tidak mengenakkan
-----

Suara keras Minachi membuat mbak-mbak itu agak kaget. "Eh?! Ya... kalau untuk ukuran tubuh anak kecil sih cukup besar...", jawabnya ragu. Tapi kalau dilihat dari adanya objection dari dua anggota, mau tak mau pihak Chronne harus menyerah.

Tapi Arren mengangkat alisnya untuk kalimat yang baru diutarakan Lucielle. Bukankah kedua masternya sudah tidur seranjang selama bertahun-tahun? Walaupun baru dua tahun, tapi harusnya itu sudah cukup lama. Dan bisa dilihat, kalau Aria masih virgin Sedangkan di lain pihak, Aria menyambut ide Lucielle dengan senang. Akhirnya, dia dapat pisah ranjang dengan Arren.

"Sudahlah, terserah kalian saja...", pasrah Arren dengan satu helaan napas. Sepertinya, malam ini, dia tidak akan merasakan kehangatan tubuh Aria di sisinya. Tapi, apa boleh buat.

"Kamar kelas satunya nggak jadi dong?" Pikir Minachi mulai materealistis. Dan keputusan akhirnya, mereka pesan dua kamar standar. Mereka naik ke lantai kamar mereka dengan lift (Jangan bahas bagaimana mereka bisa menggunakan lift). Dan mereka sampai pada kamar mereka, kamar yang bersebelahan.

Dan mereka masuk, Arren ambil yang kiri, sisanya yang kanan. Mereka masuk bersama-sama sampai terdengar suara godaan "Bye bye Arren~" dari Minachi.

Begitu Minachi mendapatkan pemandangan kamar hotelnya, matanya langsung tertuju pada kasur. Auranya mulai berubah seperti pada saat makan tadi, sinar-sinar yang menyilaukan. Ia berlari, dan diving tepat di kasur itu.

"Haa... nikmatnya..." Gumamnya pelan. Jarang sekali ia memakai kosakata 'nikmat' akhir-akhir ini. Dan sekarang, rasanya setiap waktu pun ia merasakannya. Rasanya tidak mau berakhir.

Ngomong-ngomong berakhir...

"Kita pulangnya kapan?" Tanya Minachi entah tertuju pada siapa, Lucielle atau Aria.

Arren berjalan menuju kamarnya dengan gontai, lemas, lunglai, lesu. Dia malam ini tidak dapat tidur dengan adiknya yang sangat dia sayangi. "aaaah... Ariaaaa....", gumamnya sedih dengan lesu.

Dia pun memasuki kamarnya. Dalamnya bagus, jauh diluar perkiraan Arren. Tapi, dia bahkan tidak menyadari interior kamar ini. Pikirannya sudah penuh dengan Aria dan malam yang dingin.

Dia pun menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Arren berharap disini disediakan guling, atau dakimakura dengan gambar Aria di atasnya, tapi itu mustahil. Dimana-mana, hotel hanya menyediakan bantal cadangan. Dia pun hanya bisa memeluk bantalnya erat-erat.

"Ariaaaaaaaa.....".

Lain halnya dengan Aria. Dia tampak senang karena akhirnya tidak perlu merasakan pelukan ekstra erat dari Arren yang seringkali menyesakkannya. Dengan senyuman besar di wajahnya, dia duduk di atas kasur dan mengambil remote TV.

Saat itu, Minachi mengajukan sebuah pertanyaan, yang jawabannya belum dipikirkan oleh Aria. "nanti aja kalau udah bosan", jawabnya tak bertanggung jawab.

Selesai dengan Minachi, Aria yang penasaran dengan acara di negara lain di masa depan pun memencet tombol channel dengan asal.
Apakah yang akan dilihatnya?

'pip'

"Jangan sentuh Amira dengan tangan kotor dan rencana jahat kalian!"

"Prabu, apa yang kau lakukan?! Kau meninggalkan anakmu sendiri, demi anak miskin ini?!"

"Saya juga tidak tahu kenapa, tapi saya mencintai Amira! Sudah sepantasnya saya melindunginya dari rencana jahat kalian!"

"... Pak Prabu... Aku juga sangat menyayangi bapak!"

"Amira..."

"... Apa... Ini...?", Aria tidak tahu harus berkata apa. Bukankan barusan itu sebuah acara berunsur PEDOFILIA?! Seharusnya tayangan menyimpang itu tak boleh diudarakan!!

"Mungkin yang kacau cuma ini... Coba yang lain", Aria pun kembali asal memencet tombol, berharap yang keluar adalah acara yang wajar dan tidak aneh-aneh, dan tentu saja, bagus.

'pip'

"Dia sudah bersama perempuan lain... Aku sudah tidak berarti baginya... Aku tidak boleh mengganggu mereka..."

"Tunggu, Fitriii!!"

'ckiiiit'

'brak!!'

"Fitriiii!! Bertahanlah!!"

Aria pun kembali tercengang dengan muka wtf. Mobil tadi bahkan tidak menabraknya, kok bisa-bisanya cewek itu berdarah-darah KEPALANYA? Aria pun menghela napas dan mematikan televisi. Entah nasibnya yang buruk, atau memang acara TV seperti itu semua.

"ah, sudahlah... Aku mau mandi saja..."
---
Putri Yang Ditukar (c) pembuatnya
Cinta Fitri (c) pembuatnya
yang dipakai hanya karakter. The rest is fully made-up. Sorry m(__)m

Spoiler:

--------------

Quote :

"ah, sudahlah... Aku mau mandi saja..."

"Mandi ya... udah lama juga nggak mandi... males sih..." Pikir Minachi. Pelan-pelan, malaikat di kirinya (baca: PM) mengatakan "Minachi sayang, kamar mandi di hotel kan jauh lebih bagus daripada kamar mandi umum... kamu nggak mandi? udah lebih dari seminggu kan kamu nggak man--"

"Iya juga!!" Seru Minachi, berhasil, digoda. Seruannya membuat Lucielle langsung stare kearahnya "Uh... tapi kan Aria lagi mandi..." Gumamnya.

Sebaiknya menunggu daripada lebih merendahkan nilai kemanusiaannya dengan menyerobot mandi atau masuk ikut mandi. Kalau begitu pun akan menjadi ribut. Sekedar siap-siap, Minachi mengambil handuk dari lemari hotel.

Menunggu... menunggu...

Minachi masih melamun sampai akhirnya ia melihat remot televisi yang baru saja diletakkan Aria. Dengan agak ragu setelah Aria tadi mendapatkan acara-acara yang... soap opera. Kini ia menekan tombol on dan ia mendapatkan...

Spongebob, Squarepants.

Gadis kecil ini masih terdiam saat pertama ia melihat animasi ini. Sampai akhirnya ia terstun di depan televisi dengan animasi yang punya jurus hipnotis ini. Dasar bocah.

Akhirnya mereka memesan 2 kamar. Sesampainya di kamar, Minachi langsung melompat ke tempat tidur, Aria mencoba menonton tv, dan Lucielle hanya duduk disalah satu kursi. Sekarang Aria sedang mandi, dan sekarang Minachi yang menonton tv.
Lucielle hanya memandangi layar itu, diam. Ia melirik jam, jam setengah tujuh.
"Hei, setelah ini mau langsung tidur?"
----
OOT: ah, ya bukannya kalau di inggris jam 6 sore masih terang?

Masih saja, Minachi terperangah di depan televisi melihat makhluk kotak kuning berlubang-lubang itu main di televisi. Tanpa mengedip, tanpa bersuara, tanpa gerakan, benar-benar stun. Hingga akhirnya Lucielle yang sedang duduk santai di kursi bertanya padanya.

Quote :

"Hei, setelah ini mau langsung tidur?"

Akhirnya Minachi bergerak, ia merebahkan tubuhnya di sofa.

"Lho? emangnya gak makan malam dulu?" Tanya Minachi balik dan jelas aneh bila ia ucapkan jika ia baru saja 'makan siang' (yang tertunda).

Tidak makan malam dan langsung tidur pun tak apa. Karena selama tidur perutnya bisa beristirahat.

OOT: wadehel mast*beep* itu bukannya pengeluaran sp*rm (nyari di kamus)?! Kok bisa dia mast*beep* karena Aria nggak ada?!
---
Tak lama kemudian, Aria keluar dari kamar mandi. Tubuhnya sudah agak kering, kecuali bagian atasnya, karena rambutnya basah dan air dari rambutnya pasti jatuh ke tubuhnya karena efek gravitasi. "Habis ini, siapa yang mau mandi? Handuknya tinggal satu, lho", Aria memberitahukan keadaan itu pada keduanya. Hotel memberikan satu bantal cadangan dan dua handuk sepertinya sudah menjadi sesuatu yang "fixed".

Sambil mengeringkan rambutnya yang masih basah, Aria pun berjalan menuju kantong plastik berisi pakaian-pakaiannya, lalu mengambil pakaian tidur untuk dipakai setelah tubuhnya kering. Hari ini cukup melelahkan, tapi dia masih tidak berminat untuk tidur. Melihat Minachi yang mematung di depan TV membuatnya bertanya, apakah dia suka acara pedofilia atau drama kacangan?

Tapi, saat dia ikut melihat, rupanya Aria pun ikut tertarik. Cerita yang bisa dibilang lucu dengan sedikit bumbu ke-gaje-an itu sukses menarik dua bocah bule nyasar menjadi penontonnya.

Di lain pihak, Arren yang keadaannya sudah membaik, memutuskan untuk mengunjungi kamar sebelah. Sekadar mengobrol, tentunya. Dia tentu tidak ingin berakhir ditatap resepsionis karena datang ke kamar hotel yang berisi satu loli, satu bijousei, dan satu imouto layaknya harem seperti seorang Kousaka Kyousuke.

"Yak, saatnya mengucapkan selamat tidur pada adikku tersayang~"

Lucielle mengerutkan alisnya, makan lagi? Perut anak itu memang hebat. Apalagi ia ingin egera tidur setelah makan... Sungguh perbuatan kurang baik.
Sedangkan dua orang itu menonton tv, Lucielle hanya duduk diam sambil mengetukkan tangannya di meja, bosan.
Pandangannya sesekali mengarah ke tv, kemudian ia alihkan ke jendela kamar yang besar, cukup besar untuk melihat pemandangan kota yang dipenuhi polusi cahaya.
Tak lama, perempuan itu mendengar suara ketukan pintu, "Pasti Arren-sama..." ia bergumam kecil, lalu beranjak untuk membuka pintu--sedikit.
Benar saja, laki-laki berambut coklat itu berdiri disana
"Nanti lagi saja, ada yang sedang ganti baju" ujar Lucielle dari celah pintu

Quote :

"Habis ini, siapa yang mau mandi? Handuknya tinggal satu, lho"

"Akuu!!" Seru Minachi semangat walaupun teman baru kuning kotaknya itu enggan ia tinggalkan. Sambil melangkah menuju kamar mandi, ia melepaskan bajunya hingga ia masuk.

Blam...

Minachi sudah dihadapkan oleh kamar mandi yang... 'wah'. Yang pertama ia periksa adalah... keran. Ia memutar kerannya dan langsung bergumam "Air hangat!!" cepat-cepat ia penuhi bathtub dengan air hangat, dan ia mulai berendam didalamnya.

Quote :

"Nanti lagi saja, ada yang sedang ganti baju" ujar Lucielle dari celah pintu

Suara Lucielle terdengar sedang berada di dekat pintu. Lucielle bicara sesantai itu... pasti Arren. Sepertinya kakak beradik ini betul-betul sudah dilapisi lem permanen.

"Keributan akan dimulai dalam hitungan lima... empat... tiga... dua..."

"ganti baju...?", Arren sedikit mengangkat alisnya. Siapakah itu? Kalau Minachi sih, masuk juga dia tak berminat melihat. Tapi kalau Aria, melihat adiknya tanpa busana sudah dia lakukan selama belasan tahun.

"Lucielle, ada siapa itu?", tanya Aria dari dalam. Dan dia berhenti bertanya saat melihat rambut berwarna coklat. "Arren, ya...", pikirnya agak tidak senang. "Ada apa dateng ke kamar cewek?"

"Mau ngobrol sampai malam. Dan lagi, aku belum bilang selamat malam atau sejenisnya"

Jawaban Arren tak terlalu memuaskan Aria, tapi dia tetap mendatangi laki-laki itu. Tentu saja, setelah terlebih dulu memakai pakaian malamnya.

"oh, jadi yang kau maksud itu Aria, ya?", gumam Arren, yang jelas ditujukan pada Lucielle.

"sudahlah, masuk saja dan selesaikan urusanmu"

"horeee!!", Arren pun masuk dengan girang. Dan hal yang paling pertama dia lakukan tentu dapat ditebak. Memeluk adiknya seerat-eratnya.

"aaaaagh!! Lepaskaaan!!"

"Tuh kan, ribut..."

Sudah terdengar teriak pemberontakan dari Aria yang... moe. Tanpat terlalu peduli, Minachi terus bermain-main dengan bath foam. Ia melihat jam, sudah tujuh lewat beberapa menit. Ia merasa harus segera bernajka dari bathub. Hasratnya sih masih ingin tetap berendam, tapi nyatanya tubuhnya terlalu lelah hingga perlu untuk diistirahatkan.

Ia membersihkan bulir-bulir air dengan handuk dan bodohnya...

"Ah!! piyamanya kelupaan!!" Minachi memukul dahinya dengan shampoo.

Dengan setengah hati, ia membaluti tubuhnya dengan handuk dan keluar kamar mandi. Ia membuka lemari dan mengambil piyama dari hotel.

"Ah, ada Arren" Gumaman yang tidak perlu dari Minachi, dia kan sudah tahu sejak ia menggedor-gedor pintu.

Blam

-------------
OOT: Minachi pindah ke rebel ya, statsusnya tetep civillian sampe RP ini berakhir (ya walaupun ini free RP ^^;)

Lucy-chan (atau admin lain yang bersedia), liatin datanya ya, takut ada yang janggal (?)

Minachi keluar dengan balutan handuk walaupun ada seorang laki-laki di dalam. Yah, Arren juga nggak peduli. Minat pun nggak. Jadi, bisa dibilang aman kalau yang ada di sana cuma Arren.

"Ariaaa~" Arren melampiaskan rasa kangennya selama beberapa belas menit di kamarnya sendirian. Pelukannya begitu erat seperti mau menyatukan tubuhnya dengan Aria. Aria merasa sesak, tentunya. Apalagi, dadanya tertekan.

"ARREN!!" Aria mengumpulkan seluruh tenanganya dalam satu dorongan untuk memisahkan Arren dari tubuhnya. "Berhenti, ah!!", serunya, sepertinya marah. "Balik ke kamarmu sana!!"

"Urusanku kan belom selesai"

Arren kembali meng-glomp Aria. Untungnya, mereka tidak cidera karena mereka jatuh di atas kasur yang empuk. "Gaaaah!! Pergi kau!!", ronta Aria, yang sayangnya tak didengar Arren. "Nggak mau~"

Yak, mereka pun kembali ribut sambil guling-guling di atas kasur
-----------
Maap kalo gaje, saya WB orz

Lucielle hanya terdiam melihat kegejhean masternya dan juga kakaknya, berguling di atas kasur yang pasti akan membuat orang biasa berpikir 'MEREKA SEDANG APA?!'

Lucielle yang agak kesal melihat siscon itu, akhirnya memisahkan mereka berdua, "Arren-sama, Hanya beberapa menit anda berpisah, dan reaksinya seperti ini?" Lucielle melipat tangannya, "Bagaimana kalau berjam-jam? Sudahlah, jangan berlebihan seperti itu..."

-----
Sama, saya juga WB orz..

Minachi sudah selesai dengan urusannya memakai pakaian. Begitu ia keluar kamar mandi, menjemur handuk di pengering terdekat. Dan melihat kakak beradik abnormal itu mulai lagi...

Quote :

"Bagaimana kalau berjam-jam? Sudahlah, jangan berlebihan seperti itu..."

"Gimana kalo mati..." Gumamnya dalam hati sambil mengambil remot televisi.

Ia melihat televisi dan mendapati acara kesukaannya terganti menjadi komedi kacangan yang efeknya jelek. Ia tekan-tekan lagi tombol televisinya sampai channelnya berputar terus, ia pun tidak mendapatkan acara yang bagus.

Berarti ini saatnya untuk tidur.

Ie menengok kebelakang, atau tepatnya ke tempat tidur... kakak beradik itu masih melakukan sesuatu yang entah mau dibilang sedang apa. Minachi menghela nafas panjang...

"ARREN DASAR BANCI! PERGI DARI TEMPAT TIDUR GUE!! INI KAMAR CEWEK TAU!!!" Minachi sudah mulai kehilangan akal sehat untuk menghadapi mereka...? ._.

Arren tertohok!!

Ya, serangan verbal dua (atau mungkin tiga) cewek yang menguasai kamar ini benar-benar tajam. Memangnya salah kalau seorang kakak memeluk adiknya dengan penuh kasih sayang? Yah, mungkin memang agak berlebihan, tapi tetap saja...

"Tuh! Denger kan Minachi bilang apa?! Sana pergi!!", Aria pun ikut mengusir Arren. "Yaaah... Aria, ayo tidur bareng kakak~", pintanya, tapi jelas ditolak mentah-mentah. "PERGI!!"

Padahal belum ada lima belas menit Arren berada di kamar ini, tapi dia sudah diusir. Hatinya sakit, pemirsa. SAKIT!

"Ya... Ya sudah, deh... Aku balik ke kamar dulu, ya", dia pun melepas pelukannya. Dan tak lupa, dicurinya kesempatan untuk mengecup kening adiknya sebelum mereka berpisah. "Mimpi indah, adikku saya--GHAKH!!"

Satu tendangan di wajah baru saja membuat Arren lebih dekat pada pintu tanpa harus berjalan.

"Pergi!", seru Aria sambil mengelap dahinya bersih-bersih. Dengan sedih, Arren pun meninggalkan kamar perempuan. Di depan pintu yang telah ditutup, dia termenung, memikirkan perbuatannya barusan.

"Apa aku terlalu berlebihan?"

OOT: Uwowowowoooo drama scene starting... :D Itu Arren yang bilang apa PMnya ya~? trololol

Btw CR missionnya udah saya kirim ke email anda yang ada di forum~ ^^

-----------------

Arren sukses pergi setelah hantaman kata-kata Minachi terucap. Apa yang menjadi keinginan Minachi pun terlaksana; kasur empuk untuk tidur. Ia berguling sekali disana dan berhenti tepat di sisi kiri.

Ia melamun sampai ia tersadar bahwa kenikmatan ini bersifat sementara.

Esok hari ia sudah harus merasakan kenyataan yang sebenarnya.

"Haah..."

Ia mengarahkan matanya pada jam dinding, waktu menunjukkan pukul tujuh lewat tiga puluh. Nyatanya, di waktu yang biasa Minachi anggap sore ini, ia sudah cukup lelah.

Tubuh dan pikirannya yang lelah perlu diistirahatkan. Kelopak matanya menutup. Tak lupa menarik selimut, dan mengucapkan;

"Selamat malam semuanya..."

Siap diantar ke dunia mimpi.

Melihat Mianchi yang tidur dengan pulasnya, Aria pun mulai merasakan lelah menjalari tubuhnya. Mungkin, teori kalau kantuk menular itu benar. Tapi, matanya masih sulit untuk dipejamkan. Ia pun mengambil remote TV dan asal memencet tombol, lagi.

Untungnya, yang kali ini keluar bukan drama aneh-aneh, melainkan kartun. Hanya saja, berbeda dengan kotak kuning yang bertaburan warna-warna cerah moncolok mata, kartun ini warnanya lebih gelap. Bentuk karakternya pun manusia.

"Claude!!"

"Yes, your highness"

Dan musuh-musuh mereka mati berlumuran darah dalam sekejap mata. Dari setting yang ditampilkan, Aria tentu sadar kalau kartun itu berlatar di Inggris. Anak berambut pirang itu pun tersenyum dengan menyebalkan. Dan butlernya tetap pasang poker face.

"Mungkin aku akan menonton ini dulu sebelum tidur", pikir Aria sambil tetap menatap TV tanpa bergeming.

Sementara itu, Arren...

"....."

'Siiiing....'

Singkatnya, kamarnya dingin dan hening. Dia benar-benar berharap pagi cepat datang agar malam yang dingin dan hening ini cepat berakhir. Sepertinya dia tidak sadar kalau di sana ada yang namanya remote AC untuk mematikan pendingin ruangan.

"Aku sudah salah langkah... bodoh..."

''Hngg...'' Minachi mengusap matanya yang berair, sinar hangat mentari pagi membangunkannya, bukan hanya sinar tetapi Lucielle.

Seiring dengan pandangannya yang membaik, ia membangkitkan tubuhnya dari posisi tidur ke duduk. Ia melihat Aria sudah menyeruput teh di ambang kasur. Lucielle juga memberikan teh pada Minachi. Hal yang biasa dilakukan aristokrat, early morning tea. Yang bikin heran; dari mana Lucielle mendapatkan teh?

''Met' Pagi…''

"Pagi", jawab Aria singkat. Tadinya dia tidak mau menyapa karena bibirnya masih disibukkan dengan teh hangat. Tapi, entah kenapa dia balas juga sapaan Minachi.

Aria berdiri dari duduknya, mendekati meja perlahan. diambilnya selembar kertas bertulisan. Dan isi dari kertas itu adalah kupon sarapan untuk dua orang. Tapi, karena mereka memesan dua kamar, artinya mereka memiliki cukup kupon untuk makan pagi bersama. Dan tentu saja, kupon ini hanya valid sampai jam 10 pagi.

"Siapa yang mau pegang kupon ini? Yang nggak dapet nanti sarapan sama Arren", umbarnya. Yah, akhirnya mereka bisa menikmati makanan luar negeri yang lebih higienis dan berlevel hotel. Tentu saja ekspektasi Aria terhadap rasa makanannya cukup tinggi.

''Aku!'' apapun yang urusannya dengan makanan, Minachi yang nomor satu. Ia mengambil kupon itu dan mengantunginya. Disana tertulis batasnya sampai jam 10 pagi, Minachi melihat jam… pukul setengah sembilan.

Minachi melangkah menuju kamar mandi untuk membasuh mukanya dan gosok gigi. Tak lupa ia mengganti piyama. Dengan hanya mengenakan lingerie ia kelu

''Jadi habis makan kita langsung ke pantai?'' Tanyanya sambil mengobrak abrik tas belanjaan.