[PRIVATE] Vacation!!

First topic message reminder :

Setelah lama nggak ngebuka topik RP, here it is! Silakan ber-RP ria disini [s]dan berhubung ini free RP, silakan gila-gilaan!![/s]

Timeline: Tahun 2010
Place: INDONESIA :iconleleleplz:
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Setelah lama tidak mendatangi toko sihir aneh itu, Aria dan Arren menemukan bahwa si penjaga toko tengah membuat ramuan mesin waktu!! Tentunya, dua anak ini langsung menawarkan diri buat nguji coba ramuan aneh itu.

"Tapi, ajak juga yang lain. kalau banyak yang ikut, kemungkinan bertahan hidupnya juga lebih besar. Soalnya, tempat dan waktu dipilih secara acak"

... dan begitulah yang dikatakan si pemilik toko. Dan langsung saja, dua anak itu tancap gas buat nyari korba--err... maksud saya, kelinci percobaan lain /slap

Dan setelah semuanya siap, mereka pun siap pergi!

"...Iya! Ah, sampai kelupaan!!" Seru Minachi sambil berlari ke section baju renang. Yang lain sweat drop kemudian mengikuti Minachi dengan speed yang berbeda dengan Minachi.

Ia melihat-lihat, dan ia langsung terkejut.

Baju renang tahun 1989 memang berbeda dengan yang sekarang. Setelah dipikir-pikir, baju casual saja pendeknya segitu, apalagi baju renang?! Tapi tak apalah, lagipula memang sejak dulu Minachi tidak menaati adat istiadat Inggris yang memakai baju sampai ke mata kaki. Ia mengambil random salah satu model baju renang disana.

"Nih, aku selesai memilih!" Seru Minachi sambil melempar baju renangnya pada Lucielle.

Mungkin selanjutnya yang bikin ribut adalah... Aria.

Tebakan Minachi tepat. Sangat.

"Ap--!!", satu kalimat yang menyatakan keterkejutan seorang bangsawan Inggris dua abad silam saat melihat baju renang abad ini. "ini toko baju renang atau pakaian dalam?!", pikirnya.

Tentu saja, tak mungkin dia memakai pakaian ketat yang minim di depan umum. Terlalu memalukan. Memang ada beberapa yang menutupi seluruh tubuh, tapi sebagian besar tidak. Bahkan, ada yang hanya menutupi bagian depan dada dan bagian bawah tubuh saja.

"ma--mana mungkin aku bisa pakai yang seperti ini!!" serunya. Dia tidak peduli akan dipandang orang sekitar dengan pandangan aneh atau tidak. Ini terlalu berlawanan dengan adat mereka.

Yah, dari adat Indonesia juga, sih...

Dia membayangkan, apa yang akan terjadi kalau sekelompok perempuan memakai pakaian seseronok itu di depan umum. Dan hasilnya tidaklah baik. Itu dapat membuat mereka dipenjara. "tapi... Kalau nggak membaur kan aneh juga... Tapi nggak mungkin pakaian kayak gini dilegalkan!!", serunya dalam hati. Keras-keras.

"tapi, kita tidak boleh terlalu menonjol! Bagaimana kalau kita ditangkap karena dituduh imigran gelap?!"

Yang tersisa baginya hanya dua pilihan. Dia pun menghela napas. "yah, mau gimana lagi... Mau nggak mau, harus dicoba!!"

Dia mengambil beberapa potong baju renang, dengan kasar. Dia sendiri tidak percaya kalau tangannya menyambar sebuah bikini. Setelah seleksi yang cukup ketat, dia mengambil perwakilan dari tiap jenis (yang dia klasifikasikan sendiri).

Satu baju renang one piece dengan rok di bawahnya. Panjangnya kira-kira seperempat paha. Satu baju renang panjang, yang panjang kakinya sampai semata kaki. Dan, sebuah bikini.

"nah, Minachi, Lucielle... Yang mana?!"

Minachi terperangah melihat baju-baju renang di depannya. Untungnya tidak ada Arren, kalau iya, mungkin suasana akan menjadi lebih ribut. Malah terbayang akan terjadi pertumpahan darah.

Sambil menutup wajahnya dengan telapak tangan, Minachi menunjuk yang one piece. ''Yang ini tidak terlalu vulgar, ...untukmu'' komentarnya.

Minachi mengambil yang bikini ''Daripada yang ini, kamu gak yakin memakainya, dan lagi, ...Arren'' ujarnya pelan.

"ah..."

Aria lupa. Lupa sama sekali kalau ada makhluk di pihak yang berseberangan dari keperawanannya keselamatannya. Tapi, berhubung yang kita bicarakan ini seorang kakak yang SANGAT menyayangi adiknya, besar kemungkinan dia tidak memilih bikini. Tentu saja karena dia tidak mau orang lain melihat tubuh adiknya dengan bebas.

"o... Oke... Aku ambil yang ini...", ucap Aria sambil memberikan baju renang itu pada Lucielle. Sekarang, tinggal menunggu Lucielle selesai mengambil baju renang, kalau dia mau ikut berenang. Tentu saja Aria tidak berpikir kalau Lucielle akan mengambil baju renang vulgar tadi.

"bisa-bisanya yang kayak gitu dijual... Itu sih sama saja tampil di depan umum hanya dengan pakaian dalam, kan?" pikir Aria, dan itu membuatnya teringat akan sesuatu yang sangat penting.

"oh iya... Kita belum cari pakaian dalam..."

bisa-bisanya lupa hal sepenting itu. Padahal itu adalah lapisan terakhir baju zirah kalian, wanita!!

“Perlu ya…”gumam Minachi sambil melirik bagian bawah tubuhnya.

Kehidupan Minachi yang kurang berkecukupan membuatnya berpikir; sandang adalah nomor kesekian. Jumlah busana untuk satu minggu saja kurang. Ia jarang mengganti busananya, termasuk pakaian dalam. Bisa ditebak, dia tidak mengganti baju dalamnya sejak kemarin.

“Terserah deh, lagipula aku baru ingat kalau hari ini aku tidak memakai bra”Ujar Minachi santai, tak peduli orang disekitarnya

Aria terdiam. Kaget. Tapi, tentu saja dia juga iri. Betapa inginnya dia memiliki dada yang lebih kecil...

"si... Sialaaan..." geramnya dalam hati, tapi itu percuma saja. Dia hanya bisa memegangi dadanya yang berukuran diluar kemauannya.

"aaaah!! Masa bodo!! Pokoknya, kita harus cari! Cewek manapun butuh pakaian dalam, termasuk kamu, Minachi!!", seru Aria, marah. Dia pun segera pergi ke toko yang menjual pakaian dalam wanita. "uuuh... Semoga aja nggak tambah besar lagi, sial!!", serunya dalam hati sambil mencari ukuran yang tepat untuknya.

“Ah, baiklah...”ujar Minachi sambil mengekori Aria ke toko lingerie. Meninggalkan Lucielle dengan baju renangnya.

Sampai disana, Minachi bingung.

Melihat ukuran-ukuran yang tertera disana, Minachi clueless. Apakah angka dan huruf disana?! ini bra atau sepatu?!

Yang lebih buruk, tidak ada kamar pas.

“Sepertinya… yang 36” Gumamnya sambil mengambil dua potong bra secara random. Kemudian ia mengambil dua potong celana dalam yang ukurannya biasa.

Aria mencoba beberapa pasang bra yang ukurannya kira-kira cocok. Diluar dugaan, dia harus memilih bra yang berukuran lebih besar. "dada sialan...", gumamnya geram.

Entah berapa ukuran yang diambilnya. Mungkin sekitar 70-an? Dia tidak memperhatikan itu, terlalu sibuk membenci dadanya sendiri.

Dia pun selesai mengambil beberapa pasang bra dan beberapa celana dalam yang senada. Semoga saja lapisan pelindung terdalamnya cukup kuat dalam mengamankannya dari Arren atau cowok-cowok mesum.

"nah, tinggal dibayar. Lucielle mana?"

Spoiler:

Lucielle yang kewalahan karena harus buru-buru mengejar yang lain--sedangkan ia harus membayar barang-barang itu, kini masih terpaku sambil melihat baju renang. Ia tak yakin harus membeli satu dari baju renang yang sangat minim itu.

Ia menghela nafas dan melirik ke kiri dan kanan, dan mendapati masternya dan Minachi di toko pakaian dalam. Lucielle pun menghela nafas, ia mengambil sebuah celana pendek, dan berjalan menuju kasir untuk membayar barang-barang ditangannya, ia tak berniat untuk membeli baju renang. Tak lupa ia menyimpan uang nya didalam tas yang sebelumnya sudah ia beli.

... Tidak, celana itu bukan untuknya. Tapi satu orang yang pergi untuk sekedar cuci mata tidak punya baju renang dan pastinya ia akan menangis jika ia tidak bisa bermain dengan adiknya di pantai hanya karena tidak punya baju renang--setidaknya itu yang Lucielle pikirkan.

Ia pun berjalan menuju masternya dan juga Minachi di toko pakaian dalam, "Arren-sama mana? Kalau dia hilang, mau ditinggal saja?"

"aku di sini"

"!!", semuanya dengan kaget melihat Arren yang tiba-tiba ada di sana. Sungguh, dia seperti seorang stalker sejati. "aku udah ketemu pakaian yang kubutuhkan, dan tinggal dibayar. Tapi, bisa nanti, kok", Arren melirik Aria. "biar mereka menyelesaikan urusan mereka dulu".

Aria merasakan firasat buruk.

"ka--kamu sendiri?! Kamu kan belum..."

"udah, semuanya udah lengkap, dari pakaian sehari-hari sampai baju renang!",jawab Arren antusias dengan jempol yang diacungkan. "oh, iya Aria... Ukuran bra-mu 82, kan? Atau udah nambah?", tanya Arren, yang langsung disambit kepalan tangan Aria. "urus urusanmu sendiri!!", serunya marah dengan wajah merah.

Tapi, sepertinya Arren datang tepat waktu. Karena, para wanita ini, selain Lucielle, sudah selesai memilih.

"oh, kalian kalau mau makan, makan aja dulu. Nanti kususul kalau udah selesai", ucap Arren. "nah, Lucielle, bagi sejuta ya. Nanti sisanya kubalikin"

''Ma--Makaaan~!!'' mata Minachi mendadak jadi berbinar layaknya fangirl.


Sementara Arren pergi entah kemana, mereka bertiga akan makan. Akhirnya... makan yang sebenarnya.

''Ayo, sepertinya tadi aku melihat yang bagus!'' seru Minachi mengajak Aria dan Lucielle.

Dan Minachi membawa mereka ke restoran Thailand. ''Tadi aroma bumbunya tercium, dari aromanya enak banget'' komentar Minachi.

Mereka masuk, mengambil meja. dan mulai memesan.

Tiba-tiba Arren datang begitu saja. Lucielle memandangi kedatangan orang itu dengan mata yang seakan berkata "Muncul dari mana dia?". Lucielle yang sudah memberikan uang sejumlah yang diminta Arren langsung berjalan mengikuti masternya dan juga Minachi menuju sebuah restoran thailand.

"Master, ini, satu juta. Saya mau jalan-jalan dulu" Lucielle langsung memberi Aria sejumlah uang, "Jangan sampai hilang, ya"

Lucielle pun melangkah pergi. Tak ada gunanya ia disana, hanya duduk diam. Lebih baik ia bersantai sedikit, mencuci mata dengan barang barang abad 21.

Emang di mangga dua ada restoran Thailand, ya?
Aria menatap uang yang diberikan Lucielle. Kata "Master, ini satu juta" yang diucapkan dengan begitu ringannya oleh Lucielle, membuatnya agak pangling. Saat dimana tadinya seribu bagai sejuta, telah berbalik menjadi dimana sejuta bagai seribu.

"Ya... ya sudah..." Aria pun berpaling dari Lucielle dan mengikuti arah perginya Minachi. Ke sebuah restoran Thailand. Akhirnya, mereka bisa memakan makanan luar negeri yang sesungguhnya. Tapi, ini kan Indonesia. Kenapa mereka malah makan makanan Thailand?

Tapi terlambat. sebelum Aria sempat bertanya, Minachi sudah menyelonong masuk, mengambil meja, dan memesan. Aria agak bingung dengan makanan yang bahasanya belum pernah dia lihat ini. Hurufnya sih alfabet, tapi jelas-jelas bukan Inggris.

Aria pun memilih dengan asal. Sesuatu yang bentuknya jelas-jelas nasi kemungkinan aman. Sedanglan untuk minumannya, dia memesan segelas teh dingin. Panasnya Jakarta dan tempat ini benar-benar membuatnya butuh sedikit es.

"Baiklah, pesanan anda akan diantar sebentar lagi", ucap si pelayan ramah.

oot: haha~ gak tau ;u; asal aja lah
---
Entah berapa jenis makanan yang Minachi. Ia tidak peduli makanan apakah itu, yang penting terlihat enak. Beruntung sekali restoran itu, perut pelanggannya yang satu ini bisa ditolerir. Kalau tidak, hancurlah.

Akhirnya, makanan mereka datang. Pelayan meletakkan semua pesanan diatas meja.

''Kyaaah~ ini terlalu indah untuk dihabiskan!'' seru Minachi fangirling, kemudian ia mulai menghabiskan satu persatu.

"katanya terlalu indah untuk dihabiskan... dihabisin juga...", sarkas Aria dalam hati. Tak lupa, diselamatkannya makan sorenya dari genggaman food eater Minachi. dia pun menatap makanannya. sepiring nasi goreng yang kelihatannya tidak akan menimbulkan rasa-rasa aneh.

'hap'

Rasanya... diatas biasa. Yah, begitulah kira-kira. Aria sudah tidak memedulikan rasa lagi. Makan siang tadi benar-benar tidak cukup untuknya.

Tak lama, hanya beberapa belas menit, makanan pun menghilang dari atas piring. Minachi si perut karet dapat menghabiskan banyak makanan dalam waktu yang sama dengan lama Aria menghabiskan sepiring nasi goreng. Tidak mengejutkan.

Si pelayan itu datang, dengan wajah berbinar-binar. "Nah, silakan bonnya", ujarnya. Semuanya hampir mencapai Rp 500.000,00. Tentu itu akan mengejutkan dalam keadaan biasa. Tapi, tidak saat mereka memiliki uang satu juta di tangan HANYA untuk makan. Aria pun membayar dengan tenang.

"Nah, sekarang kita mau kemana?" tanya Aria pada Minachi sambil menyeruput tehnya yang hampir habis.

Lucielle yang merasa waktu makan bagi seorang manusia sudah selesai pun bergegas menuju restoran sebelumnya. Dan tepat seperti perkiraannya, Minachi dan Aria sudah selesai menyantap makanan. Dengan piring lebih banyak bertumpuk di depan Minachi--hal yang tidak aneh.

Lucielle pun berjalan menuju dua orang itu, "Bagaimana? Kenyang?" Lucielle duduk di salah satu bangku, "Berapa yang kalian habiskan?"

Lucielle tiba-tiba datang. Dan entah bagaimana, waktunya pas. Mengingat dia iblis, sepertinya ini wajar.

"nggak sampai 500 ribu", jawab Aria singkat. Tak lama kemudian, pelayan datang membawa uang kembalian. Agaknya, dia kaget melihat ada orang yang tadinya tidak ada. Tapi, tidak ada yang peduli. Mereka hanya menanti uang kembalian saja.

"oke, mau lanjut keliling?" ajak Aria.

Tak ada gunanya mereka lebih lama disana. Mereka pun keluar dari restoran diiringi salam penutup dari pelayan-pelayan restoran. Sekarang, mereka hanya perlu menentukan arah petualangan mereka di Mangga Dua yang ternyata tidak menjual mangga ini.

Acara makan selesai. Pinggang rok Minachi mulai terasa menyempit, atau lebih tepatnya perutnya mulai membesar lagi. Sudah lima hidangan sukses ia habiskan sendiri, dan bila tadi nasi Aria dilahap juga, jadi enam. Tapi untungnya niat itu ia urungkan karena Aria hanya memesan satu makanan.

"Haah... benar-benar nikmat..." Gumamnya sambil memegangi asetnya yang paling berharga; perut.

Tak lama, Lucielle datang untuk 'menjemput' majikannya.

Quote :

"oke, mau lanjut keliling?" ajak Aria.

"...Aku capek abis makan... pengen... tidur..." Minachi menggaruk kepalanya

-----------------------
OOT:
Here you go, Hikipetto just uploaded three videos: Nisoku Hokou, Cendrillon, and From Y to Y

Aria menghela napas. Mungkin, ini sudah saatnya mereka mencari hotel untuk istirahat. "oke, ayo kita cari hotel", ajak Aria.

Mereka bertiga pun berjalan menuju pintu keluar. Tak disangka, baru beberapa langkah, mereka mendengar suara yang tak asing. "Ah, udah selesai?", tanya, sekaligus panggil, Arren. Terlihat sebatang es krim di tangannya, es krim coklat.

"Kayaknya anak satu ini juga sudah memenuhi kebutuhan perutnya", pikir Aria sambil memandang Arren. Dan sepertinya, terjadi sedikit kesalah pahaman. "Kanapa? Mau? Nih", Arren pun menyodorkan es krim itu pada Aria. "... Nggak usah", balas Aria.

"Ayolah~ Nggak usah malu-malu~", Arren pun mendekat, sekaligus mendekati es krim itu ke bibir Aria. Dia pun memasukkannya secara paksa. "Hump--!!", rasa dingin yang mendadak menjalar itu membuat Aria refleks menghindar dengan bibir berlumuran es krim.

"Udah pada mau pulang?", tanya Arren sambil lanjut melumat es krimnya. "Iya! Jangan bilang belom selesai!", ujar Aria kasar. "Aku sih udah", balas Arren sambil mengangkat beberapa kantong plastik.

"Mau menginap di mana?"

Quote :

"Mau menginap di mana?"

"Di hotel..." Gumam Minachi "Hotel yang paling nyaman untuk tidur..." Lanjutnya pelan.

Suasana hening terjadi begitu Minachi memandang jauh dari kiri ke kanan. Yang dicarinya adalah hotel, namun ia tidak mendapatkannya. Ia menghela nafas panjang sambil menggaruk kepalanya.

"Kita mau ke pantai kan? Kalau gitu kita jalan saja dulu ke utara, kalau kira-kira sudah dekat dengan pantainya, baru kita cari hotel, di dekat pantai biasanya ada hotel kan?!" Jelasnya perlahan.

"Nah, sekarang tinggal naik baswey untuk kesana" Ujarnya

Arren spontan waspada. Kejadian di busway tadi membuatnya agak enggan untuk naik kendaraan laknat itu. Walaupun yang salah orangnya, tapi nama busway ikut tercemar.

"cih... Harus naik kendaraan itu lagi, ya?", kesal Aria dalam hati. Arren pun mendekatinya dengan waspada, mencegah adanya peleceh-peleceh seksual lain menyentuh adiknya. "tenang saja... Kakak pasti akan melindungimu, Aria!!"

That cheesy line...

Mereka pun berjalan menuju halte busway terdekat. Setelah membayar (dan membuat penjaga loket agak repot memberi kembalian), mereka pun duduk di halte. Saat itu, belum ada busway yang lewat, tapi Aria memperhatikan bus-bus kota lainnya yang banyak lewat di depan mata mereka.

"kendaraan yang namanya 'busway' ini punya nomor juga, nggak? Kok bus-bus yang warnanya lain itu kayaknya mengarah ke tempat yang berbeda-beda?"

Minachi melihat juga bus yang Aria maksud. Bus yang keadaannya 60% lebih buruk dari baswey. Pintu terbuka dan ada orang bergelantungan yang suka teriak-teriak disana. Penyok dan baret bertaburan dimana-mana. Dari luar tingkat kebersihannya kurang, bagaimana didalamnya?!

Minachi tidak menanggapi pendapat itu, ia hanya diam.

Tak lama, baswey datang, ia terperangah melihat baewey yang lebih penuh dari biasanya. Jam pulang kerja, pastinya. Dan karena ini penuh, yang jadi masalah adalah... si kakak posesif dan adik tsundere itu.

"Arren, kali ini jangan bikin ulah apa-apa! kalian berdua segera cari tempat yang tidak bergerombol... kita gak lama kok... kayaknya" Perintah Minachi

Busway yang ditunggu sudah datang. Empat orang itu melangkah masuk ke dalam bus yang penuh sesak. Aria dan kakaknya pun langsung berjalan menembus keramaian, mencari tempat yang tidak penuh sesak, meninggalkan Minachi dan juga Lucielle.

"Hey, ada kursi kosong.." Lucielle menunjuk sebuah kursi, "Sebaiknya kau segera mendudukinya sebelum didahului orang lain, Minachi"

Tapi terlambat. Di saat yang sama, Arren juga melihat kursi itu. Dia pun segera menarik Aria untuk duduk di sana. "nah, kalau begini kan aman!", ujarnya senang sambil mengambil pegangan yang ada di depan kursi Aria.

Aria agaknya sudah merasa aman, tapi sesuatu mengganggu pikirannya. "Lucielle dan Minachi mana? Nanti kalau misah pada nyasar loh", ucapnya

''Arren... halte pertama kita turun ya!'' seru Minachi tidak terlalu keras. Ia berdiri lebih depan dari mereka berdua.
Jam kerja memang membuat baswey berjalan agak lama. Akhirnya, setelah hampir setengah jam mereka di dalam bus, tiba juga mereka di halte pertama; halte Ancol.

Keluar... keluar... Baru sampai di halte saja mereka sudah menemukan hotel.

''Biar hemat kita sewa dua kamar aja, satu buat Arren, satu buat kita bertiga'' ujar Minachi